Minggu, 12 Februari 2012

Sungai Cidurian-Ku yang "Hilang"

Saat penulis masih kecil sekitar tahun 1983-1989, sungai Cidurian (Cikande Serang Banten) adalah sebuah kenangan indah. Betapa tidak setiap pagi, kita semua rame-rame ke kali Cidurian untuk mandi. Nampak jelas aliran sungai yang bersih, dan terlihat seperti mengepulkan asap, sambil (kadang-kadang) bermain dengan kain sarung yang diikat salah satu ujungnya, kita berlari seperti Superman, dan bruss....., sarung pun berubah menajdi balon apung di atas air..., hangat, bersih dan indah untuk dikenang.
Tak hanya itu, bila akan datang malam minggu, dan para pemuda "senior" bersepakat untuk masak-masak (ngeliwet), kita membantu para senior membuat rumpon (kumpulan daun waru yang diikat dan diletakkan di bibir sungai agar menjadi sarang ikan udang bermalam), sekita jelang Isya, para senior membawa dok-dok (alat tangkap ikan dari jaring yang diikat pada dua batang bambu membentuk gunting). Betapa riangnya kami setiap dokdok diposisikan di bawah rumpon,kemudian dianggkat..., horre ratusan udang kecil ditangkap. singkat cerita ngeliwet pun berjalan tanpa terlalu banyak modal... dan hmm ..., nikmat.
Kenangan lain dari Cidurian-Ku adalah, ikan Bebandan (ikan udang jenis lobster dengan diameter lebih dari 3 cm), Ikan Caung, setiap kali di tuba (diberi obat racun ikan - walaupun ternyata itu perbuatan yang kurang baik) selalu menjadi histeria para pencari ikan saat dituba.., Ikan Caung dengan panjang 50 cm dan berat lebih dari 5 kg, bukanlah hal aneh bagi kami.
Bahkan banyak para 'mancing mania' dari Jakarta yang khusus datang ke Cidurian untuk memburu Bebandan.... saat itu.
Namun kini semua telah hilang...
Air yang dulu jernih kini berubah menjadi sangat pekat coklat, bahkan kadang menghitam...., sangat mengerikan. jangankan untuk mandi, mencuci kaki saja sekarang harus pikir dua kali.
Ikan 'pujaan' pun turut hilang, tak ada lagi Bebandan, Caung, dll. yang ada hanya ikan sapu-sapu, keting kecil panjang 5-15 cm, itu pun sudah sangat jarang..
keindahan yang dulu menyimpan kenangan kini tak ada lagi... kenapa gerangan?
Entah lah..
Namun setelah diamati hal ini mulai terjadi setelah berdirinya banyak industri di sepanjang jalur sungai Cidurian-Ku yang "hilang"...
Apakah industri itu menyumbang kerusakan alam???? entah lah...
Karena dalam teori, setiap akan didirikan industri mesti ada Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL)... tapi mengapa?? entah lah...
Tak banyak orang bisa bersuara, karena mungkin tak punya keberanian....
Penulis pun sementara hanya bisa curhat dalam blog ini...
Semoga suatu hari Cidurian-Ku yang "Hilang" dapat "Kembali" lagi...
Saya yakin bila masyarakat, dan para pejabat tulus memperjuangkan kelestarian lingkungan, tak ada yang mustahil untuk diwujudkan. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar